Minggu, 29 Mei 2016

Weekend Bareng Santo: Warcraft dan Sate Padang

Saat pacar tiba-tiba memutuskan untuk datang ke Bogor tanpa diminta, dan baru memberi tahu saat sudah di perjalanan, ternyata merupakan hal sangat membahagiakan. Biasanya kami harus diskusi dulu untuk menentukan siapa yang minggu depan akan berkunjung, aku yang ke Bandung atau dia yang ke Bogor. Tidak jarang kami ngambek-ngambekan dulu sampai akhirnya ada salah satu yang mengalah, “ Okay, aku yang ke sana.” Jadi senyum-senyum sendiri, mungkin lain kali harusnya ngga usah ngambek supaya saat dia datang. Biarkan dia datang bukan karena diminta, tapi karena dia yang mau. Hehe…

Santo datang hari Sabtu siang, langsung mengajak makan di Yellow Corner, shalat, lalu ke Botani Square. Kami ketemu antara 2-4 minggu sekali, dan hampir selalu disempatkan nonton berdua (pacarannya memang seputar nonton dan makan aja sih, hehe...). Minggu ini ada banyak film bagus yang ingin ku tonton, yaitu Warcraft, My Stupid Boss, dan Money Monster. Sementara itu dia memang berniat untuk menonton Warcraft: The Beginning atau X-Men: Apocalypse. Karena aku sudah menonton X-Men pada hari Rabu bersama Ibu kost, ya sudah akhirnya Warcraft-lah yang kami pilih.

Film ini merupakan fantasi epic Amerika yang disutradarai oleh Duncan Jones, dan dia tulis bersama Charles Leavitt dan Chris Metzen, berdasarkan video game berseri dan novel dengan judul yang sama. Film ini menceritakan tentang dunia Azeroth yang terdiri atas tujuh bangsa dan dipimpin oleh manusia, tiba-tiba menghadapi terror karena adanya invasi yang dilakukan oleh pasukan Orc yang disebut Horde. Bangsa Orc awalnya tinggal di dunia Draenor yang mengalami kerusakan parah sehingga sulit untuk meneruskan kehidupan. Mereka masuk ke Azeroth melalui portal yang dibuat oleh penyihir bernama Gul’dan (Daniel Wu) yang memiliki kekuatan sihir Fel berwarna hijau dan menyerap energi dari mahluk hidup sebagai bahan bakarnya. Ini juga sih yang menyebabkan dunia Draenor mengalami kehancuran. Durotan (Toby Kebbel), Orc yang mempimpin Clan Frostwolf, sadar bahwa jika Gul’dan tidak dihentikan, maka bangsanya serta Azeroth juga mengalami kehancuran. Dengan bantuan Garona Halforcen (Paula Patton), seorang campuran manusia dan Orc yang cantik, Durotan berusaha menyelamatkan kaumnya dan bekerja sama dengan manusia untuk menghentikan Gul’dan. Kaum manusia dipimpin oleh raja Liane Wrynn (Dominic Cooper), dibantu oleh seorang pejuang bernama Sir Anduin Lothar (Travis Kimmel) yang di sini menjadi tokoh protagonist utama, dan Khadgar (Ben Schnetzer) calon penerus Medivh (Ben Foster), seorang penjaga Tirisfal yang melindungi Azeroth dengan kekuatan sihirnya. Karena keadaan semakin genting, perang pun tidak dapat dihindarkan lagi.



Hari ini Minggu, 30 Mei 2016 aku lihat Warcraft meraih poin 29% di Rotten Tomatoes dan 37% di Metacritics. Aku bukan orang yang paham tentang game Warcraft, Santo juga belum pernah memainkan game itu. Jadi saat kami memutuskan untuk menonton film tersebut, tidak ada referensi yang kami punya. Jadi tidak ada ekspektasi harusnya begini, atau begitu. We went into this with an open mind. Saat nonton, kami berdua terhibur dengan konsep fantasi yang disajikan. Kalau nontonnya versi 3D mungkin bakalan lebih greget deh visual effect-nya. Oh kalau kalian bandingin Orc di film ini dengan Orc di film sebelumnya, misalnya LOTR, maka si mahluk berbadan besar  dengan darah hijaunya di film ini keliatan lebih cakep sih. Hahaha…. Terus Garona juga seksi abis. Justru yang jadi istrinya Raja Liane rasanya kok agak plain. Plotnya jelas as crystal clear, jadi kayaknya anak-anak pun nggak bingung saat nonton. Guyonan yang ditampilkan lumayan bisa dicerna. Antara konflik, survival, keluarga, dan kesetiaan bisa dipadukan dengan pas. Aku sendiri nggak sabar untuk menantikan sequel dari film ini!

Kami beres nonton sekitar pukul 19.00, lalu keluar dari mall. Bingung mau makan di mana. Awalnya mau ke Mister Celup yang di dekat Air Mancur, tapi ramai banget. Akhirnya kami makan di Sate dan Soto Padang Air Mancur. Dia pesan sate, aku sate dan soto. Ahahaha… Kalau kalian suka sate Padang, kayaknya wajib nyobain sate ini deh. Aku lupa untuk mengambil foto (keburu lapar), tapi serius, you can imagine 10 tusuk sate yang dagingnya lumayan besar, lontongnya banyak, dengan sambal khas rempah Padang yang disantap panas-panas, enak dan pedas banget. Kalau kata Santo, lebih pedas daripada sate Padang langganan kami yang ada di seberang Kampus Unpad Dipati Ukur. Sementara soto dagingnya nya pas banget kalau disantap cuaca dingin. Sedap banget. Di sini per porsi sate dibanderol Rp 26.000,00 dan soto 25.000,00. Dulu kami pernah ke sana saat lagi jaman skripsian, jadi semacam flash back gitu deh. Bahagia. Setelah makan, dia mengantar aku pulang ke kosan, lalu dia balik ke Jakarta.

Well, that was how we spend our weekend. Cuma beberapa jam ketemu, ngobrol, makan, dan nonton,  tapi lebih cukup untuk recharge energi dan semangat untuk menghadapi hari-hari selanjutnya. Terima kasih ya, Mas! :)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar