Minggu, 29 Mei 2016

Weekend Bareng Santo: Warcraft dan Sate Padang

Saat pacar tiba-tiba memutuskan untuk datang ke Bogor tanpa diminta, dan baru memberi tahu saat sudah di perjalanan, ternyata merupakan hal sangat membahagiakan. Biasanya kami harus diskusi dulu untuk menentukan siapa yang minggu depan akan berkunjung, aku yang ke Bandung atau dia yang ke Bogor. Tidak jarang kami ngambek-ngambekan dulu sampai akhirnya ada salah satu yang mengalah, “ Okay, aku yang ke sana.” Jadi senyum-senyum sendiri, mungkin lain kali harusnya ngga usah ngambek supaya saat dia datang. Biarkan dia datang bukan karena diminta, tapi karena dia yang mau. Hehe…

Santo datang hari Sabtu siang, langsung mengajak makan di Yellow Corner, shalat, lalu ke Botani Square. Kami ketemu antara 2-4 minggu sekali, dan hampir selalu disempatkan nonton berdua (pacarannya memang seputar nonton dan makan aja sih, hehe...). Minggu ini ada banyak film bagus yang ingin ku tonton, yaitu Warcraft, My Stupid Boss, dan Money Monster. Sementara itu dia memang berniat untuk menonton Warcraft: The Beginning atau X-Men: Apocalypse. Karena aku sudah menonton X-Men pada hari Rabu bersama Ibu kost, ya sudah akhirnya Warcraft-lah yang kami pilih.

Film ini merupakan fantasi epic Amerika yang disutradarai oleh Duncan Jones, dan dia tulis bersama Charles Leavitt dan Chris Metzen, berdasarkan video game berseri dan novel dengan judul yang sama. Film ini menceritakan tentang dunia Azeroth yang terdiri atas tujuh bangsa dan dipimpin oleh manusia, tiba-tiba menghadapi terror karena adanya invasi yang dilakukan oleh pasukan Orc yang disebut Horde. Bangsa Orc awalnya tinggal di dunia Draenor yang mengalami kerusakan parah sehingga sulit untuk meneruskan kehidupan. Mereka masuk ke Azeroth melalui portal yang dibuat oleh penyihir bernama Gul’dan (Daniel Wu) yang memiliki kekuatan sihir Fel berwarna hijau dan menyerap energi dari mahluk hidup sebagai bahan bakarnya. Ini juga sih yang menyebabkan dunia Draenor mengalami kehancuran. Durotan (Toby Kebbel), Orc yang mempimpin Clan Frostwolf, sadar bahwa jika Gul’dan tidak dihentikan, maka bangsanya serta Azeroth juga mengalami kehancuran. Dengan bantuan Garona Halforcen (Paula Patton), seorang campuran manusia dan Orc yang cantik, Durotan berusaha menyelamatkan kaumnya dan bekerja sama dengan manusia untuk menghentikan Gul’dan. Kaum manusia dipimpin oleh raja Liane Wrynn (Dominic Cooper), dibantu oleh seorang pejuang bernama Sir Anduin Lothar (Travis Kimmel) yang di sini menjadi tokoh protagonist utama, dan Khadgar (Ben Schnetzer) calon penerus Medivh (Ben Foster), seorang penjaga Tirisfal yang melindungi Azeroth dengan kekuatan sihirnya. Karena keadaan semakin genting, perang pun tidak dapat dihindarkan lagi.



Hari ini Minggu, 30 Mei 2016 aku lihat Warcraft meraih poin 29% di Rotten Tomatoes dan 37% di Metacritics. Aku bukan orang yang paham tentang game Warcraft, Santo juga belum pernah memainkan game itu. Jadi saat kami memutuskan untuk menonton film tersebut, tidak ada referensi yang kami punya. Jadi tidak ada ekspektasi harusnya begini, atau begitu. We went into this with an open mind. Saat nonton, kami berdua terhibur dengan konsep fantasi yang disajikan. Kalau nontonnya versi 3D mungkin bakalan lebih greget deh visual effect-nya. Oh kalau kalian bandingin Orc di film ini dengan Orc di film sebelumnya, misalnya LOTR, maka si mahluk berbadan besar  dengan darah hijaunya di film ini keliatan lebih cakep sih. Hahaha…. Terus Garona juga seksi abis. Justru yang jadi istrinya Raja Liane rasanya kok agak plain. Plotnya jelas as crystal clear, jadi kayaknya anak-anak pun nggak bingung saat nonton. Guyonan yang ditampilkan lumayan bisa dicerna. Antara konflik, survival, keluarga, dan kesetiaan bisa dipadukan dengan pas. Aku sendiri nggak sabar untuk menantikan sequel dari film ini!

Kami beres nonton sekitar pukul 19.00, lalu keluar dari mall. Bingung mau makan di mana. Awalnya mau ke Mister Celup yang di dekat Air Mancur, tapi ramai banget. Akhirnya kami makan di Sate dan Soto Padang Air Mancur. Dia pesan sate, aku sate dan soto. Ahahaha… Kalau kalian suka sate Padang, kayaknya wajib nyobain sate ini deh. Aku lupa untuk mengambil foto (keburu lapar), tapi serius, you can imagine 10 tusuk sate yang dagingnya lumayan besar, lontongnya banyak, dengan sambal khas rempah Padang yang disantap panas-panas, enak dan pedas banget. Kalau kata Santo, lebih pedas daripada sate Padang langganan kami yang ada di seberang Kampus Unpad Dipati Ukur. Sementara soto dagingnya nya pas banget kalau disantap cuaca dingin. Sedap banget. Di sini per porsi sate dibanderol Rp 26.000,00 dan soto 25.000,00. Dulu kami pernah ke sana saat lagi jaman skripsian, jadi semacam flash back gitu deh. Bahagia. Setelah makan, dia mengantar aku pulang ke kosan, lalu dia balik ke Jakarta.

Well, that was how we spend our weekend. Cuma beberapa jam ketemu, ngobrol, makan, dan nonton,  tapi lebih cukup untuk recharge energi dan semangat untuk menghadapi hari-hari selanjutnya. Terima kasih ya, Mas! :)



Rabu, 18 Mei 2016

Movie Review: Film Criminal (2016): Nonton Bareng Bareng Anak Kostan

Seminggu yang lalu Ibu Kost ngajakin anak-anak untuk nonton bareng di 21 Lippo Plaza Bogor (yang dulu namanya Ekalokasari Plaza). Beliau beli tiket nggak hanya untuk AADC2 yang memang lagi pengen ditonton, tapi juga untuk film Criminal. Karena aku udah nonton AADC2, jadi aku memilih untuk nonton Criminal deh.

Film ini dibintangi oleh Kevin Costner, Ryan Reynolds, Gary Oldman, Tommy Lee Jones, dan Gal Gadot yang cantik banget itu. Ceritanya ditulis oleh Douglas Cook dan David Weisberg. Sementara sutradara untuk film ini adalah Ariel Vromen. Kalau Ryan Reynolds, di sini justru ngga terlalu krusial perannya. Karena main cast-nya memang Kevin Costner. Kalau ngikutin filmnya Ryenolds, kalian masih ingat kan sama film dia sebelumnya, yaitu Self/Less. Mirip sih ceritanya, tentang transfer memori otak dari satu orang ke orang lain. Kalau di Self/Less dia jadi resipien, sementara di Criminal dia jadi donor.

Film yang berdurasi 113 menit ini dimulai ketika seorang agen CIA yang berbasis di London bernama Bill Pope (Ryan Reynolds) mau ketemuan sama The Dutchman (Michael Pitt), seorang hacker yang menciptakan program untuk membajak seluruh komputer yang punya kode untuk peluncuran senjata nuklir di seluruh dunia. The Duthcman ini minta tebusan US $ 10 juta (kalau ngga salah) dan paspor dll. supaya dia bisa hidup bebas. Dia udah ditempatkan di safe house. Nah pas mau ketemuan, si Pope ini keburu dibunuh sama Xavier Heimdahl, seorang yang awalnya industrialis tapi kemudian menjadi anarkis yang pengen ngancurin seluruh pemerintahan di dunia. Tujuannya apa? Ya supaya dia tau di mana The Dutchman disembunyikan, dia dapet program, dan bisa ngancurin negara sesuka hatinya. Dan ternyata, Pope lebih memilih mati dibandingkan harus membocorkan rahasia.

Karena keberadaan The Dutchman ini penting banget, supervisornya si Pope, Quaker Wells (Gary Oldman) pengen ngulik isi otaknya Pope. Akhirnya, dengan bantuan seorang ahli neuroscience bernama Dr. Mahal Franks (Tommy Lee Jones), memorinya Pope bisa dipindahkan ke otak seorang sociopath bernama Jericho Stewart (Kevin Costner). Kenapa harus ke Jericho? Jadi ceritanya dia punya trauma masa kecil, yang mengakibatkan lobus frontal otaknya tidak dapat berkembang dengan baik, yang pada kasus ini menjadi “wadah” yang sempurna untuk menampung isi otaknya Pope. Prosedur berhasil, Jericho yang sebelumnya ngga bisa merasakan emosi apa pun, bunuh-bunuh orang kayak yang enteng banget karena ngga bisa bedain benar-salah, live the life with no rules deh, nah semenjak operasi akhirnya hidupnya berubah, dengan misi CIA yang harus selesai, bukan karena program superbahayanya The Duthcman, tapi juga istri dan anak Pope yang harus disa selamatkan.

Keseruan film dimulai dari sini. Aku sukaaaaa banget sama aktingnya Costner di sini. Adegan berantemnya, otak kriminalnya tuh terasa banget, dramanya juga tetep dapet. He really got into his character! Tapi ternyata banyak kritik negatifnya lho. Kalau lihat Rotten Tomatoes, ternyata film ini cuma dapet rating 31% dari total 99 suara. Emang sih, kalian yang nonton pasti berpikir: kok gini sih? Kok kayak lagi nonton Bourne sih? Lah itu kenapa polisinya nggak fokus nangkep penjahatnya aja? Lah ini si Wells kok nyebelin banget sih? Ini apa banget sih actingnya Gary Oldman? Jadi memang banyak bagian yang bikin film ini kelihatan janggalnya. Banyak plot yang missed. Tapi saudara-saudara, di balik cerita yang janggal, penonton masih bisa cuci mata karena Gal Gadotnya, ya Tuhaaaan… cantik banget! Tiap dia nongol, aku selalu berpikir, dia tuh kenapa bisa sempurna banget ya fisiknya?


Well, biarpun banyak kritik negatif, aku nggak nyesel sih nonton film ini. Terima kasih, Ibu Kost! J


Nggak perlu tanya kapan nikah...

Call me baperan. Tapi nanya kapan nikah, ke orang yg udah kamu tau jawabannya apa, problemnya apa, kayaknya ngga sopan deh.

Apa lagi kalau niat nanya bukan untuk pengen tahu (karena sebenarnya udah tahu), tapi cuma sekedar ngeledekin. Itu jahat.
Kalau mau bercanda, coba inget lagi: level bercanda temanmu apakah sampai di situ?

Nggak usah sibuk ngurusin hidup orang.
Aku bahagia kok dengan hidup yang ku jalani sekarang. Aku bersyukur punya keluarga, teman, dan pacar yang tulus menyayangi aku. Aku nggak perlu ditanya-tanya hal semacam kapan kawin. Bukankah setiap orang punya perhitungan terhadap prioritasnya masing-masing?
Tenang aja, kalau waktunya sudah tiba, mungkin aku akan undang kamu kok.

Ini juga pelajaran untuk aku.
Pertanyaan "kapan lulus? Kapan kawin? Kapan punya anak? Dst. Dst..." itu lebih baik disimpan saja. Kalau memang kita care, cukup doakan hal yang baik-baik untuk dia, agar berhasil dengan apa yang dia perjuangkan, misalnya.

Jumat, 06 Mei 2016

Long Weekend di Bandung: Ada Apa dengan Civil War?

Kamis kemarin, aku berangkat ke Bandung pukul 11.30. Di halte Bis BNI Dramaga, petugasnya bilang kalau penumpang yang dari pagi ke situ ngga terangkut karena bis MGI yang sudah penuh dari Leuwiliang. Aduh. Udah takut bakalan ngga kebagian seat juga tuh. Tapi Alhamdulillah dapet juga pada pukul 12.00.

Seperti biasa jalanan Dramaga macet, sampai ke Tol Sentul pun masih macet. Tapi itu belum seberapa, saudara-saudara. Di Tol Cikampek macetnya luaaaarrrrr biasa! Pukul 15.21 di km35, satu jam kemudian masih di km50. Yasalaaaaam... Itu saking betenya, aku sampai nangis kemarin. Hahahaha... Cemen ya? Tapi beneran lho macetnya. Bahkan tol yang ke arah Jakarta, satu dari empat ruasnya dialihkan untuk kendaraan yang ke arah Bandung (ini apa ya istilahnya kalau di lalu lintas?). Nggak kebayang deh kalau nanti ikut Santo mudik ke Yogya... (Esambot visioner sekali).

And you know what? Santo udah beli tiket nonton Captain America: Civil War di Blitz PVJ untuk pukul 19.00. Aduuuh... Makin bete kan sama jalanannya. Macetnya booo luar biasa, ya sebenernya bisa sih namanya juga long weekend. Tapi kan... O iya by the way, aku bersyukur banget dalam hal ini punya pacar kayak Santo. Yang sabar banget nungguin, rela ngantri tiket duluan padahal baru pulang lembur ngelab.

Saat kami sadar kalau kemungkinan besar telat banget tiba di Bandungnya, dia udah pasrah banget tuh. Tiketnya udah mau disimpen aja. Katanya mau ditunjukin ke anak cucu nanti, bahwa zaman dulu mau nonton aja harus matching-in jadwal dari jauh-jauh hari, harus ngantri panjang di bioskop dari jam 10 pagi, tapi akhirnya batal juga karena macet. Ahahahaha... Tapi kan sayang banget ya? Jadi dari pada ngga terpakai gitu, akhirnya aku tawarkan untuk dipakai oleh teman, eh dia mau. Alhamdulillah. Jadi ngga mubazir kan ya?

Setelah mengikhlaskan tiket itu (halah...), rasanya jalan tol jadi lengang, apa lagi pas masuk tol Cipularang. Sepi! Mau salto pun bisa. Ahahaha... Lebay ya? Emang kendaraan yang ke Bandung ternyata ngga membludak banget sih. Pas keluar dari Pasir Koja juga ga macet. Alhamdulillah Bogor-Bandung ditempuh dalam waktu tujuh jam saja, saudara-saudara! Gila ya?

Terus kemarin ke mana aja? Kamisnya ngga ke mana-mana. Jumat juga baru nonton malem. Santo sih udah ngantri sejak siang. Tapi aku baru diajak jalan malemnya karena siang maceeeetttt banget katanya. Jadi semalam kita nonton dua film sekaligus, yaitu Ada Apa Dengan Cinta 2 (#AADC2), dilanjutkan dengan Captain America: Civil War. Keduanya bagus banget!!

Film #AADC2 memang termasuk film 2016 yang paling aku tunggu. Ya gimana nggak coba? Promosinya aja lama banget. Ada setahunan ke belakang kali ya, sejak sebelum syuting dimulai. Bayangun coba, AADC (2002) kala itu berhasil menyedot 2,7 juta penonton. Pasti masih banyak yang baper deh walaupun sudah 14 tahun lewat. Dibuatnya sekuel film ini, bikin aku keinget sama trilogi Before (Before Sunrise, Before Sunset, dan Before Midnight) yang dibintangi oleh Ethan Hawke. Ketiga film tersebut kan dibuat dengan jarak tahunan, di mana setiap karakter ikut menua tapi masih mempertahankan chemistry-nya. Ngobrol santai tapi bikin kita terbawa suasana. Nah, dengan pemberitaan seputar proses pembuatan film AADC2 yang menurutku di-blow up banget, aku udah siap-siap tuh, seandainya film ini ternyata nggak sekeren yang dibayangkan orang. Udah ngga berani berkespektasi yang macem-macem. Habis keren banget sih!

Lalu gimana eksekusinya? Ah film ini bagus banget, guys! Menurut ku sih jalan ceritanya nggak terlalu dalem. Lebih ke memuaskan kangennya fans AADC. Genk Cinta terlihat matang dan fabulous di usianya: Cinta masih perfeksionis, sok tau, super cantik, dan belum bisa move on; Milly yang sedang hamil masih suka lemot tapi tetap imut (and guess with whom she was married? Ini kocak banget asli! Hahahaha...); Maura seperti yang dibilang oleh Latif (temen Kosan ku yang paling cantik), jadi super cantik! Nah satu lagi si Karmen, aduuuuhhh Mbak Adinia Wirasti ini seksi bangeeeetttttt, ototnya bagus, dan kulitnya yang tanned bikin makin eksotis. Serius deh.

Terus ada apa dengan Rangga? Si Rangga kesayangan kita semua, walaupun udah lumayan mapan hidup di New York ternyata masih memasang wajah dengan beban hidup paling berat di dunia. Aduh maaaas, muka galau gitu aja gantengnya tetap luar bisa. Puisi-puisi buatan Aan (maaf, Mas, saya lupa nama belakangnya) yang mengisi film ini sukses bikin baper deh. Aku ngga kuaaaat... Sayangnya setiap aku bilang "Rangga, kamu ganteng banget...", Santo akan selalu mrnjawab "ketekin juga nih!" Hahahahaha...

Balik lagi ke ceritanya ya, menurutku ngga terlalu dalem, tapi banyak kejutan kecil, jokes sederhana tapi lucu, kebiasaan Cinta yang gengsinya segede gaban, perfeksionis sehingga selalu (atau terlalu) berusaha memperbaiki kesalahan yang dia buat, dan Rangga yang keliatannya keras kepala tapi selalu bikin Cinta penonton di studio meleleh, semua itu dibalut dalam kemasan yang apik. Obrolan sehari-hari, percakapan antar sahabat, cinta lama yang belum kelar, yang sebenarnya adalah cerita cinta yang sederhana tapi eksekusinya luar biasa. Keren banget deh Riri Riza emang! Dan pastinya film ini pasti adalah kerjasama seluruh tim yang ngga kalah luar biasa, ya.

Aku boleh spoiler ngga sih? Hahahha... Pokoknya kalian para cewek penggemar AADC1, nonton deh film ini. Inget ngga waktu pertama kali Cinta diajak ke cafe oleh Rangga, sampai dia bilang ke Alya kalau mau pergi ke dokter? Dia bolak-balik kan tuh fitting baju, ga mau keliatan menor tapi pengen keliatan cantik. Nah di AADC juga gitu tuh. Pakai lipstick (yang pasti dari L'oreal), hapus lagi, pakai lagi. Ahahaha... Tipikalnya Cinta yang perfeksionis, jaim banget, pura-pura ngga mau padahal kepengen banget, dan pasti wajah Dian Sastro yang mungkin pakai formalin biar cantiknya awet inilah yang bikin para cowok pasti meleleh. Walaupun bentar-bentar si Cinta minum aqua, dan menggunakan beberapa produk sponsor lainnya, tetep aja jalan cerita kelihatan smooth. Alam Yogyakarta ditampilkan dengan sangat baik sehingga semua orang yang pernah ke sana pasti kangen luar biasa. Seniman-seniman lokal yang mengisi film tersebut bikin kita makin bangga sama Indonesia ngga sih? Ditambah lagi dengan musik dan soundtrack gubahan melly Goeslaw dan Anto Hoed, sukses deh bikin baper!!

Walaupun endingnya lumayan ketebak, tapi gapapa. Justru aku sangat menikmati setiap bagian kok. Dari awal udah smooth tapi ngga bikin ngantuk. Wajar banget kalau dalam waktu hanya 8 hari penayangan, film ini berhasil meraup dua juga penonton. Dan ngga heran kalau nantinya banyak penghargaan yang akan diperoleh.
Favorite lines:
"Meriang, aku meriang. Kau yang panas di kening, kau yang dingin dikenang." -Rangga
"Hidup itu hanya sekali. Dan saya tidak bisa membayangkan bagaimana hidup saya jika tanpa kamu." -Cinta

Lalu gimana dengan Captain America: Civil War? Apakah setelah #terAADC terus aku jadi males nonton film Marvel yang satu ini? Noooooo. Aku bahkan dengan senang hati akan sangat bersedia kalau ada yang ngajakin nonton film ini lagi. Hahahhaa... Yang hobi nonton pasti masih hangat banget kan di kepala, gimana kesannya saat nonton Batman VS Superman: Dawn of Justice beberapa bulan yang lalu? Nah, beda banget nih after effect yang dihasilkan oleh Civil War. Asli. Aku sih walaupun dalam hati masih tetap #TeamRangga, tapi untuk Civil War, I stand on Ironman's side. Yes, I'm #TeamIronMan. Bayangin doooong, Om RDJ yang usianya udah lewat setengah abad gitu masih ngga kalah pesonanya dengan Chris Evans. Karakter Tony Stark yang biasanya songong dan semaunya sendiri, bikin salah, menyesal, tapi diulangi lagi, jadi berbeda di film ini. Dia justru paling mellow, paling rasional, dan paling taat aturan. Jalan ceritanya keren, plotnya walaupun maju mundur tapi ngga bikin bingung, banyak adegan laga yang ditampilkan dalam jarak dekat, iiihh keren bangeeettt! Semua pendukung di film itu juga keren. Jadi walaupun nggak ada Abang Loki, aku tetap merasa film ini jauh lebih keren dibandingkan dengan The Avengers: Age of Ultron.
Favorite line? Ya dari Tony Stark dooong, "I'm doing what has to be done to stop something worse."

After all, malam yang super keren itu ngga akan terjadi kalau pacar kesayangan ngga meluangkan waktu-istirahatnya sama aku. Yes, I had a super quality time with you last night. Aku nyesel sih sempat ngambek pas di perjalanan, padahal macet juga bukan gara-gara dia. Sementara, selama di Bandung dia super duper sabar dan baik banget. Padahal dia lagi sakit. Sampai kita pisah di Terminal Leuwipanjang tadi (iya dia mau balik ke Jakarta, aku ke Bogor), dia masih sabaaaar banget. I can't imagine of having someone better than you, Mas. :)

Minggu, 01 Mei 2016

Zonk Zonk Zonk

Hello, world!
Saat ini belum juga pukul 10.00, tapi rasanya udah zonk banget deh. Hahahaha... Hal ini sebenarnya sudah dimulai sejak semalam, atau kemarin,atau kemarinnya lagi. Nggak paham. Ya seperti di postingan ku sebelumnya. Galau yang ngga penting, yang akhirnya bikin ngga bisa tidur sama sekali (terakhir tidur kemarin pagi). Lalu tadi pagi masih dalam suasana mellow diselingi nangis yang sebenarnya alasannya sungguh abal-abal.
Setelah ngobrol via WA dengan seorang teman akhirnya lumayan tenang. Santo juga tumben baik banget hari ini (oh... I mean you're always, Mas), sabar banget. Mungkin karena pacarnya yang biasanya kesiangan, tadi tumben subuh ngebangunin dia ya? Hahaha...


Tapi ya namanya tidur, selain untuk mengistirahatkan badan dan kepala beserta isinya, juga untuk menjernihkan pikiran. Tadi pagi beneran deh, gara-gara nggak tidur ditambah nangis-nangisan, mata jadi jelek banget. Aduh parah deh. Kayak habis ditonjok. Jelek banget. Bengkak. Muka juga jadi super kucel. Mau nggak keluar kamar tapi ada tanggungan alat-alat lab yang kemarin dipinjam untuk keperluan pelatihan OSN harus segera dikembalikan.

Baiklah. Esambot memutuskan untuk ke kampus, tepatnya ke lab. Tapi males mandi! My oh my... Masalah dalam hidup yang sangat sederhana tapi seolah-olah menjadi first world problem. Kalau mau hitung-hitungan, semalam, tengah malam banget aku udah mandi. Jadi pagi ini belum kotor-kotor banget dong ya? Baik. Tapi kucelnya gimana ngilanginnya? Don't worry. Cuci muka aja pakai air hangat dari dispenser. Ganti baju. Lalu berangkat ke kampus.

Saat keluar dari Kosan aku baru sadar tujuan mulia ke kampus hari ini adalah mengembalikan alat-alat lab. Tapiiiii, si Mbot yang ngga tidur ini ternyata ngga bawa apa pun di tangannya. Yaudahlah ya balik lagi ke atas. Pas turun, ternyata lupa pakai kacamata. Yaudahlah ya balik lagi ke atas. Mbot, you couldn't be so ignorant.

Aku memutuskan untuk sarapan dulu. Supaya sinaps-sinaps di saraf ku ngga error lagi. Sarapan di kantin YS adalah hal paling menyenangkan yang bisa dialami oleh warga Perwira. Serius. Sarapannya enak banget walaupun cuma sama sayur bening bayam dan tempe goreng. Yang paling ngga enak adalah menyadari bahwa baik tangan kanan maupun kiri sama-sama memegang garpu. Bukan sendok dan garpu. Ya. You did it again, Mbot. Saat itu aku berdoa supaya selama makan tadi aku berubah menjadi manusia invincible.

Karena tapcash card ku lagi ngga ada saldo, aku pun naik ojek sampai Fapet. Lalu naik lift hingga lantai 4. Loh kok lantai 4, kan lab ada di lantai 5? Jadi begini saudara-saudara, kalau aku naik lift sampai lantai 5, aku pasti melewati ruangan dosen pembimbing kesayanganku, dengan membawa dua keranjang yang isinya adalah alat lab yang ngga ada hubungannya dengan penelitianku. Rasanya ngga etis sibuk bawa-bawa alat begini sementara thesis ku belum selesai. Maafkan saya, ya, Pak.

Okay. Jadi aku turun dari lift di lantai 4. Jalan kaki sejauh 2 wing, lalu naik tangga. Sialnya adalah, pagar yang menuju ke lab masih dikunci. Petugas labnya sedang terjebak macet. Jadi lah aku menunggu di ujung Departemen Biologi dari pukul 08.45 hingga saat ini pukul 10.10. Olala...

Kadang Kebimbangan yang Tak Berujung Hanya Membuang Waktu

Juli nanti aku dan Santo tepat empat tahun pacaran. It doesn't easy, when we spend most of our time in a long distance relationship. Serius. LDR itu nggak enak banget. Bisa ketemu sebulan sekali juga udah syukur Alhamdulillah. Well, I get used to enjoy this situation, tapi ya nggak selalu. Ada saat-saat di mana rasanya pengen nyerah aja. But after all this time? No. Aku tau dia juga udah capek berada dalam situasi ini. Rencana menikah yang terus mundur (dari pihak keluarga ku), lalu aku yang belum lulus, adalah hal yang jadi kendala utama kami. Ibu ku pengen aku kerja dulu beberapa tahun sebelum menikah, sementara di semester 6 ini aku belum beres sekolah. Dan rasanya dia udah terlalu lama nunggu aku.

Aku nggak akan rela kalau melepas ini semua, terutama karena keluarganya yang super baik yang nggak aku tahu di mana lagi bisa aku temui yang seperti itu. Selain itu, kami punya rencana-rencana untuk hari nanti. Iya. Kami punya banyak rencana, yang sekali lagi ku katakan, semua tertunda karena aku. Aku tidak tahu sampai di mana kesabarannya akan bertahan. Akhir-akhir ini pun kami sering berdebat hanya karena hal-hal kecil yang sebenarnya nggak penting. Kadang aku merasa dia sudah lelah. Dan serial pertengkaran yang diakhiri dengan permintaan maaf ku sepertinya tak cukup juga. Aku masih melihatnya lelah. Lelah menunggu. Kadang aku berpikir, apakah sebaiknya kita sudahi saja perjalanan ini? Apakah memang kita lebih baik sendiri?


Tapi ternyata aku salah. Semua itu hanya ketakutan ku. Semalam aku tidak tidur. Dan pagi ini dia meyakinkan bahwa tugasku adalah menyelesaikan sekolah, dan sisanya biar dia yang menyelesaikan. Dia tidak ingin aku berlarut-larut dalam kebimbangan yang tak beralasan. Semoga Tuhan tetap menunjukkan jalanNya. Please, please, keep me in line.

Tadi, seorang teman memberikan nasihatnya.
"Coba kamu ngobrol lagi sama Santo, gimana, apa dia keberatan, kalo iya, apa yg bikin keberatan. Apa yg bikin berantem karena hal kecil? Apa kamu juga udah mulai lelah?"
"Kalo sama2 lelah dan nggak ada yg mau yakinin satu sama lain, mau dibawa kemana.. Ngobrol yg banyak, nggak perlu emosi, keluarin aja apa yg ganjel walopun pait. Dan cari solusinya sama2, jangan nyalahin diri sendiri terus.. Kalo emang Santo tetep pegang semua mimpi2 kalian, dia pasti nggak keberatan kok nunggu, asalkan kamu pun put efforts on it. Kan berjuangnya sama2, bukan masing2, karena mimpinya sama2 kan. Ada beberapa hal yg emang harus kalian jalanin masing2, karena punya hidup masing2, selesaikan itu dengan diri kalian, tapi kalo nyangkut menikah, itu mesti diobrolin bersama2 mbot.
Marriage is not a small thing
Semangat doooooong masa udah mah blm bobok, nangis, nanti matanya kayak bunglon!"

Oh I don't know what to say. Thank you, Bebek!


Kebimbangan (yang tak berujung) ini mungkin hanya akan membuang waktu ku saja. Jika aku hanya terus terdiam di sini dan menunggu keajaiban terjadi. Aku yang menjalani hidup ku, bukan orang lain. Bahagia ku, sedih ku, adalah bagaimana aku melihat semua peristiwa dalam hidup. Ini adalah tentang bagaimana aku bisa bersyukur dengan apa yang aku miliki, bersyukur dengan adanya orang-orang yang masih menyayangi ku hingga saat ini. :)