Saat pacar tiba-tiba memutuskan
untuk datang ke Bogor tanpa diminta, dan baru memberi tahu saat sudah di
perjalanan, ternyata merupakan hal sangat membahagiakan. Biasanya kami harus
diskusi dulu untuk menentukan siapa yang minggu depan akan berkunjung, aku yang
ke Bandung atau dia yang ke Bogor. Tidak jarang kami ngambek-ngambekan dulu
sampai akhirnya ada salah satu yang mengalah, “ Okay, aku yang ke sana.” Jadi senyum-senyum sendiri, mungkin lain
kali harusnya ngga usah ngambek supaya saat dia datang. Biarkan dia datang bukan
karena diminta, tapi karena dia yang mau. Hehe…
Santo datang hari Sabtu siang,
langsung mengajak makan di Yellow Corner, shalat, lalu ke Botani Square. Kami ketemu
antara 2-4 minggu sekali, dan hampir selalu disempatkan nonton berdua
(pacarannya memang seputar nonton dan makan aja sih, hehe...). Minggu ini ada
banyak film bagus yang ingin ku tonton, yaitu Warcraft, My Stupid Boss, dan Money Monster. Sementara itu dia memang berniat untuk menonton Warcraft: The Beginning atau X-Men: Apocalypse. Karena aku sudah
menonton X-Men pada hari Rabu bersama
Ibu kost, ya sudah akhirnya Warcraft-lah
yang kami pilih.
Film ini merupakan fantasi epic
Amerika yang disutradarai oleh Duncan Jones, dan dia tulis bersama Charles
Leavitt dan Chris Metzen, berdasarkan video game
berseri dan novel dengan judul yang sama. Film ini menceritakan tentang dunia
Azeroth yang terdiri atas tujuh bangsa dan dipimpin oleh manusia, tiba-tiba
menghadapi terror karena adanya invasi yang dilakukan oleh pasukan Orc yang
disebut Horde. Bangsa Orc awalnya tinggal di dunia Draenor yang mengalami
kerusakan parah sehingga sulit untuk meneruskan kehidupan. Mereka masuk ke
Azeroth melalui portal yang dibuat oleh penyihir bernama Gul’dan (Daniel Wu)
yang memiliki kekuatan sihir Fel berwarna hijau dan menyerap energi dari mahluk
hidup sebagai bahan bakarnya. Ini juga sih yang menyebabkan dunia Draenor mengalami
kehancuran. Durotan (Toby Kebbel), Orc yang mempimpin Clan Frostwolf, sadar
bahwa jika Gul’dan tidak dihentikan, maka bangsanya serta Azeroth juga
mengalami kehancuran. Dengan bantuan Garona Halforcen (Paula Patton), seorang
campuran manusia dan Orc yang cantik, Durotan berusaha menyelamatkan kaumnya
dan bekerja sama dengan manusia untuk menghentikan Gul’dan. Kaum manusia
dipimpin oleh raja Liane Wrynn (Dominic Cooper), dibantu oleh seorang pejuang
bernama Sir Anduin Lothar (Travis Kimmel) yang di sini menjadi tokoh protagonist
utama, dan Khadgar (Ben Schnetzer) calon penerus Medivh (Ben Foster), seorang
penjaga Tirisfal yang melindungi Azeroth dengan kekuatan sihirnya. Karena
keadaan semakin genting, perang pun tidak dapat dihindarkan lagi.
Hari ini Minggu, 30 Mei 2016 aku
lihat Warcraft meraih poin 29% di Rotten Tomatoes dan 37% di Metacritics. Aku
bukan orang yang paham tentang game Warcraft, Santo juga belum pernah
memainkan game itu. Jadi saat kami
memutuskan untuk menonton film tersebut, tidak ada referensi yang kami punya.
Jadi tidak ada ekspektasi harusnya begini, atau begitu. We went into this with an open mind. Saat nonton, kami berdua
terhibur dengan konsep fantasi yang disajikan. Kalau nontonnya versi 3D mungkin
bakalan lebih greget deh visual effect-nya.
Oh kalau kalian bandingin Orc di film ini dengan Orc di film sebelumnya,
misalnya LOTR, maka si mahluk berbadan besar dengan darah hijaunya di film ini keliatan
lebih cakep sih. Hahaha…. Terus Garona juga seksi abis. Justru yang jadi
istrinya Raja Liane rasanya kok agak plain.
Plotnya jelas as crystal clear, jadi kayaknya
anak-anak pun nggak bingung saat nonton. Guyonan yang ditampilkan lumayan bisa
dicerna. Antara konflik, survival, keluarga, dan kesetiaan bisa dipadukan
dengan pas. Aku sendiri nggak sabar untuk menantikan sequel dari film ini!
Kami beres nonton sekitar pukul
19.00, lalu keluar dari mall. Bingung mau makan di mana. Awalnya mau ke Mister
Celup yang di dekat Air Mancur, tapi ramai banget. Akhirnya kami makan di Sate
dan Soto Padang Air Mancur. Dia pesan sate, aku sate dan soto. Ahahaha… Kalau
kalian suka sate Padang, kayaknya wajib nyobain sate ini deh. Aku lupa untuk
mengambil foto (keburu lapar), tapi serius, you
can imagine 10 tusuk sate yang dagingnya lumayan besar, lontongnya banyak,
dengan sambal khas rempah Padang yang disantap panas-panas, enak dan pedas
banget. Kalau kata Santo, lebih pedas daripada sate Padang langganan kami yang
ada di seberang Kampus Unpad Dipati Ukur. Sementara soto dagingnya nya pas
banget kalau disantap cuaca dingin. Sedap banget. Di sini per porsi sate dibanderol
Rp 26.000,00 dan soto 25.000,00. Dulu kami pernah ke sana saat lagi jaman
skripsian, jadi semacam flash back
gitu deh. Bahagia. Setelah makan, dia mengantar aku pulang ke kosan, lalu dia
balik ke Jakarta.
Well, that was how we spend
our weekend. Cuma beberapa jam ketemu, ngobrol, makan, dan nonton, tapi lebih cukup untuk recharge energi dan semangat untuk menghadapi hari-hari
selanjutnya. Terima kasih ya, Mas! :)