Minggu, 01 Mei 2016

Kadang Kebimbangan yang Tak Berujung Hanya Membuang Waktu

Juli nanti aku dan Santo tepat empat tahun pacaran. It doesn't easy, when we spend most of our time in a long distance relationship. Serius. LDR itu nggak enak banget. Bisa ketemu sebulan sekali juga udah syukur Alhamdulillah. Well, I get used to enjoy this situation, tapi ya nggak selalu. Ada saat-saat di mana rasanya pengen nyerah aja. But after all this time? No. Aku tau dia juga udah capek berada dalam situasi ini. Rencana menikah yang terus mundur (dari pihak keluarga ku), lalu aku yang belum lulus, adalah hal yang jadi kendala utama kami. Ibu ku pengen aku kerja dulu beberapa tahun sebelum menikah, sementara di semester 6 ini aku belum beres sekolah. Dan rasanya dia udah terlalu lama nunggu aku.

Aku nggak akan rela kalau melepas ini semua, terutama karena keluarganya yang super baik yang nggak aku tahu di mana lagi bisa aku temui yang seperti itu. Selain itu, kami punya rencana-rencana untuk hari nanti. Iya. Kami punya banyak rencana, yang sekali lagi ku katakan, semua tertunda karena aku. Aku tidak tahu sampai di mana kesabarannya akan bertahan. Akhir-akhir ini pun kami sering berdebat hanya karena hal-hal kecil yang sebenarnya nggak penting. Kadang aku merasa dia sudah lelah. Dan serial pertengkaran yang diakhiri dengan permintaan maaf ku sepertinya tak cukup juga. Aku masih melihatnya lelah. Lelah menunggu. Kadang aku berpikir, apakah sebaiknya kita sudahi saja perjalanan ini? Apakah memang kita lebih baik sendiri?


Tapi ternyata aku salah. Semua itu hanya ketakutan ku. Semalam aku tidak tidur. Dan pagi ini dia meyakinkan bahwa tugasku adalah menyelesaikan sekolah, dan sisanya biar dia yang menyelesaikan. Dia tidak ingin aku berlarut-larut dalam kebimbangan yang tak beralasan. Semoga Tuhan tetap menunjukkan jalanNya. Please, please, keep me in line.

Tadi, seorang teman memberikan nasihatnya.
"Coba kamu ngobrol lagi sama Santo, gimana, apa dia keberatan, kalo iya, apa yg bikin keberatan. Apa yg bikin berantem karena hal kecil? Apa kamu juga udah mulai lelah?"
"Kalo sama2 lelah dan nggak ada yg mau yakinin satu sama lain, mau dibawa kemana.. Ngobrol yg banyak, nggak perlu emosi, keluarin aja apa yg ganjel walopun pait. Dan cari solusinya sama2, jangan nyalahin diri sendiri terus.. Kalo emang Santo tetep pegang semua mimpi2 kalian, dia pasti nggak keberatan kok nunggu, asalkan kamu pun put efforts on it. Kan berjuangnya sama2, bukan masing2, karena mimpinya sama2 kan. Ada beberapa hal yg emang harus kalian jalanin masing2, karena punya hidup masing2, selesaikan itu dengan diri kalian, tapi kalo nyangkut menikah, itu mesti diobrolin bersama2 mbot.
Marriage is not a small thing
Semangat doooooong masa udah mah blm bobok, nangis, nanti matanya kayak bunglon!"

Oh I don't know what to say. Thank you, Bebek!


Kebimbangan (yang tak berujung) ini mungkin hanya akan membuang waktu ku saja. Jika aku hanya terus terdiam di sini dan menunggu keajaiban terjadi. Aku yang menjalani hidup ku, bukan orang lain. Bahagia ku, sedih ku, adalah bagaimana aku melihat semua peristiwa dalam hidup. Ini adalah tentang bagaimana aku bisa bersyukur dengan apa yang aku miliki, bersyukur dengan adanya orang-orang yang masih menyayangi ku hingga saat ini. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar